Translate

Jumat, 09 Januari 2015

Underdog

UNDERDOG didirikan tanggal 12 Juni 2012.
muncul di tengah komunitas GRAHA STREET CREW,kami membuktikan bahwa band punk masih ada n tetap eksis,di antara maraknya band" metal..:D
dan PUNK bukan GENRE tapi PUNK itu DI DALAM JIWA, kami membuat sebuah band untuk menyuarakan aspirasi kami di dalam sebuah lagu, dan semoga semua rakyat bisa menerima band kami.
Oi Oi Oi !!
Like Fans Page kami di Facebook.
https://www.facebook.com/pages/Underdog/436210986431660?sk=timeline
Thanks Bro and Sis.

Sabtu, 15 Maret 2014

The Referral Job

Buat kalian yang ingin dapatkan dollar,
ikuti langkahnya dan buka link di bawah ini.

http://thereferraljob.com/?refer=10645

Terima Kasih Kawan

Rabu, 26 Juni 2013

Generasi punk yang mulai terbuang

Pada masa kini dengan adanya globalisasi, banyak sekali kebudayaan yang masuk ke Indonesia, sehingga tidak dipungkiri lagi muncul banyak sekali kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Kelompok-kelompok tersebut muncul dikarenakan adanya persamaan tujuan atau senasib dari masing-masing individu maka muncullah kelompok-kelompok sosial di dalam masyarakat. Kelompok-kelompok sosial yang dibentuk oleh kelompok anak muda yang pada mulanya hanya dari beberapa orang saja kemudian mulai berkembang menjadi suatu komunitas karena mereka merasa mempunyai satu tujuan dan ideologi yang sama.
Salah satu dari kelompok tersebut yang akan kita bahas adalah kelompok “Punk”, yang terlintas dalam benak kita bagaimana kelompok tersebut yaitu dengan dandanan ‘liar’ dan rambut dicat dengan potongan ke atas deng…an anting-anting. Mereka biasa berkumpul di beberapa titik keramaian pusat kota dan memiliki gaya dengan ciri khas sendiri. “Punk” hanya aliran tetapi jiwa dan kepribadian pengikutnya, akan kembali lagi ke masing-masing individu. Motto dari anak-anak “Punk” itu tersebut, Equality (persamaan hak) itulah yang membuat banyak remaja tertarik bergabung didalamnya. “Punk” sendiri lahir karena adanya persamaan terhadap jenis aliran musik “Punk” dan adanya gejala perasaan yang tidak puas dalam diri masing-masing sehingga mereka mengubah gaya hidup mereka dengan gaya hidup “Punk”..
“Punk” yang berkembang di Indonesia lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan. Dengan gaya hidup yang anarkis yang membuat mereka merasa mendapat kebebasan. Namun kenyataannya gaya hidup “Punk” ternyata membuat masyarakat resah dan sebagian lagi menganggap dari gaya hidup mereka yang mengarah ke barat-baratan. Sebenarnya, “Punk” juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan ”kita dapat melakukan sendiri”
Jumlah anak “Punk” di Indonesia memang tidak banyak, tapi ketika mereka turun ke jalanan, setiap mata tertarik untuk melirik gaya rambutnya yang Mohawk dengan warna-warna terang dan mencolok. Belum lagi atribut rantai yang tergantung di saku celana, sepatu boot, kaos hitam, jaket kulit penuh badge atau peniti, serta gelang berbahan kulit dan besi seperti paku yang terdapat di sekelilingnya yang menghiasi pergelangan tangannya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari busana mereka. Begitu juga dengan celana jeans super ketat yang dipadukan dengan baju lusuh, membuat image yang buruk terhadap anak “Punk” yang anti sosial.
Anak “Punk”, mereka kebanyakan di dalam masyarakat biasanya dianggap sebagai sampah masyarakat Tetapi yang sebenarnya, mereka sama dengan anak-anak lain yang ingin mencari kebebasan. Dengan gaya busana yang khas, simbol-simbol, dan tatacara hidup yang dicuri dari kelompok-kelompok kebudayaan lain yang lebih mapan, merupakan upaya membangun identitas berdasarkan simbol-simbol.
Gaya “Punk” merupakan hasil dari kebudayaan negara barat yang ternyata telah diterima dan diterapkan dalam kehidupan oleh sebagian anak-anak remaja di Indonesia, dan telah menyebabkan budaya nenek moyang terkikis dengan nilai-nilai yang negatif. Gaya hidup “Punk” mempunyai sisi negatif dari masyarakat karena tampilan anak “Punk” yang cenderung ‘menyeramkan’ seringkali dikaitkan dengan perilaku anarkis, brutal, bikin onar, dan bertindak sesuai keinginannya sendiri mengakibatkan pandangan masyarakat akan anak “Punk” adalah perusak, karena mereka bergaya mempunyai gaya yang aneh dan seringnya berkumpul di malam hari menimbulkan dugaan bahwa mereka mungkin juga suka mabuk-mabukan, sex bebas dan pengguna narkoba.
Awalnya pembentukan komunitas “Punk” tersebut terdapat prinsip dan aturan yang dibuat dan tidak ada satu orangpun yang menjadi pemimpin karena prinsip mereka adalah kebersamaan atau persamaan hak diantara anggotanya. Dengan kata lain, “Punk” berusaha menyamakan status yang ada sehingga tidak ada yang bisa mengekang mereka. Sebenarnya anak “Punk” adalah bebas tetapi bertanggung jawab. Artinya mereka juga berani bertanggung jawab secara pribadi atas apa yang telah dilakukannya. Karena aliran dan gaya hidup yang dijalani para “Punkers” memang sangat aneh, maka pandangan miring dari masyarakat selalu ditujukan pada mereka. Padahal banyak diantara “Punkers” banyak yang mempunyai kepedulian sosial yang sangat tinggi.
Komunitas anak “Punk” mempunyai aturan sendiri yang menegaskan untuk tidak terlibat tawuran, tidak saja dalam segi musikalitas saja, tetapi juga pada aspek kehidupan lainnya. Dan juga komunitas anak “Punk” mempunyai landasan etika ”kita dapat melakukan sendiri”, beberapa komunitas “Punk” di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Malang merintis usaha rekaman dan distribusi terbatas. Komunitas tersebut membuat label rekaman sendiri untuk menaungi band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran. Kemudian berkembang menjadi semacam toko kecil yang disebut distro. Tak hanya CD dan kaset, mereka juga memproduksi dan mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster, serta jasa tindik (piercing) dan tatoo. Produk yang dijual seluruhnya terbatas dan dengan harga yang amat terjangkau. Kemudian hasil yang didapatkan dari penjualan tersebut, sebagian dipergunakan untuk membantu dalam bidang sosial, seperti membantu anak-anak panti asuhan meskipun mereka tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas. Komunitas “Punk” yang lain yaitu distro merupakan implementasi perlawanan terhadap perilaku konsumtif anak muda pemuja barang bermerk luar negeri.
Mari kaum muda kita rapatkan barisan tuk melawan kapitalisme.otoriter.pembodohan.penindasan.
Dan sistem-simtem yg merugikan kaum umat manusia d negri ini

 

generasi PUNK yang mulai terbuang

Pada masa kini dengan adanya globalisasi, banyak sekali kebudayaan yang masuk ke Indonesia, sehingga tidak dipungkiri lagi muncul banyak sekali kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Kelompok-kelompok tersebut muncul dikarenakan adanya persamaan tujuan atau senasib dari masing-masing individu maka muncullah kelompok-kelompok sosial di dalam masyarakat. Kelompok-kelompok sosial yang dibentuk oleh kelompok anak muda yang pada mulanya hanya dari beberapa orang saja kemudian mulai berkembang menjadi suatu komunitas karena mereka merasa mempunyai satu tujuan dan ideologi yang sama.
Salah satu dari kelompok tersebut yang akan kita bahas adalah kelompok “Punk”, yang terlintas dalam benak kita bagaimana kelompok tersebut yaitu dengan dandanan ‘liar’ dan rambut dicat dengan potongan ke atas deng…an anting-anting. Mereka biasa berkumpul di beberapa titik keramaian pusat kota dan memiliki gaya dengan ciri khas sendiri. “Punk” hanya aliran tetapi jiwa dan kepribadian pengikutnya, akan kembali lagi ke masing-masing individu. Motto dari anak-anak “Punk” itu tersebut, Equality (persamaan hak) itulah yang membuat banyak remaja tertarik bergabung didalamnya. “Punk” sendiri lahir karena adanya persamaan terhadap jenis aliran musik “Punk” dan adanya gejala perasaan yang tidak puas dalam diri masing-masing sehingga mereka mengubah gaya hidup mereka dengan gaya hidup “Punk”..
“Punk” yang berkembang di Indonesia lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan. Dengan gaya hidup yang anarkis yang membuat mereka merasa mendapat kebebasan. Namun kenyataannya gaya hidup “Punk” ternyata membuat masyarakat resah dan sebagian lagi menganggap dari gaya hidup mereka yang mengarah ke barat-baratan. Sebenarnya, “Punk” juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan ”kita dapat melakukan sendiri”
Jumlah anak “Punk” di Indonesia memang tidak banyak, tapi ketika mereka turun ke jalanan, setiap mata tertarik untuk melirik gaya rambutnya yang Mohawk dengan warna-warna terang dan mencolok. Belum lagi atribut rantai yang tergantung di saku celana, sepatu boot, kaos hitam, jaket kulit penuh badge atau peniti, serta gelang berbahan kulit dan besi seperti paku yang terdapat di sekelilingnya yang menghiasi pergelangan tangannya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari busana mereka. Begitu juga dengan celana jeans super ketat yang dipadukan dengan baju lusuh, membuat image yang buruk terhadap anak “Punk” yang anti sosial.
Anak “Punk”, mereka kebanyakan di dalam masyarakat biasanya dianggap sebagai sampah masyarakat Tetapi yang sebenarnya, mereka sama dengan anak-anak lain yang ingin mencari kebebasan. Dengan gaya busana yang khas, simbol-simbol, dan tatacara hidup yang dicuri dari kelompok-kelompok kebudayaan lain yang lebih mapan, merupakan upaya membangun identitas berdasarkan simbol-simbol.
Gaya “Punk” merupakan hasil dari kebudayaan negara barat yang ternyata telah diterima dan diterapkan dalam kehidupan oleh sebagian anak-anak remaja di Indonesia, dan telah menyebabkan budaya nenek moyang terkikis dengan nilai-nilai yang negatif. Gaya hidup “Punk” mempunyai sisi negatif dari masyarakat karena tampilan anak “Punk” yang cenderung ‘menyeramkan’ seringkali dikaitkan dengan perilaku anarkis, brutal, bikin onar, dan bertindak sesuai keinginannya sendiri mengakibatkan pandangan masyarakat akan anak “Punk” adalah perusak, karena mereka bergaya mempunyai gaya yang aneh dan seringnya berkumpul di malam hari menimbulkan dugaan bahwa mereka mungkin juga suka mabuk-mabukan, sex bebas dan pengguna narkoba.
Awalnya pembentukan komunitas “Punk” tersebut terdapat prinsip dan aturan yang dibuat dan tidak ada satu orangpun yang menjadi pemimpin karena prinsip mereka adalah kebersamaan atau persamaan hak diantara anggotanya. Dengan kata lain, “Punk” berusaha menyamakan status yang ada sehingga tidak ada yang bisa mengekang mereka. Sebenarnya anak “Punk” adalah bebas tetapi bertanggung jawab. Artinya mereka juga berani bertanggung jawab secara pribadi atas apa yang telah dilakukannya. Karena aliran dan gaya hidup yang dijalani para “Punkers” memang sangat aneh, maka pandangan miring dari masyarakat selalu ditujukan pada mereka. Padahal banyak diantara “Punkers” banyak yang mempunyai kepedulian sosial yang sangat tinggi.
Komunitas anak “Punk” mempunyai aturan sendiri yang menegaskan untuk tidak terlibat tawuran, tidak saja dalam segi musikalitas saja, tetapi juga pada aspek kehidupan lainnya. Dan juga komunitas anak “Punk” mempunyai landasan etika ”kita dapat melakukan sendiri”, beberapa komunitas “Punk” di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Malang merintis usaha rekaman dan distribusi terbatas. Komunitas tersebut membuat label rekaman sendiri untuk menaungi band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran. Kemudian berkembang menjadi semacam toko kecil yang disebut distro. Tak hanya CD dan kaset, mereka juga memproduksi dan mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster, serta jasa tindik (piercing) dan tatoo. Produk yang dijual seluruhnya terbatas dan dengan harga yang amat terjangkau. Kemudian hasil yang didapatkan dari penjualan tersebut, sebagian dipergunakan untuk membantu dalam bidang sosial, seperti membantu anak-anak panti asuhan meskipun mereka tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas. Komunitas “Punk” yang lain yaitu distro merupakan implementasi perlawanan terhadap perilaku konsumtif anak muda pemuja barang bermerk luar negeri.
Mari kaum muda kita rapatkan barisan tuk melawan kapitalisme.otoriter.pembodohan.penindasan.
Dan sistem-simtem yg merugikan kaum umat manusia d negri ini

 

Jumat, 18 Januari 2013

Tatto bukan kriminal

Umumnya, tattoo sangat dekat dengan budaya pemberontakan. Adanya pemakaian tattoo seakan-akan itu adalah budaya pemberontakan. Karena melanggar aturan dan ungkapan dalam agama tertentu. Maka makin sempurnalah tattoo sebagai sesuatu yang ditabukan dan diharamkan. Maka anak-anak muda memakai symbol tattoo sebagai simbol pembebasan. Merdeka. Hidup. Bebas. Chaos!!

Image tentang tattoo, memang masih beraneka ragam. Tapi kebanyakan masyarakat masih menilai tattoo itu menyeramkan karena berkaitan dengan pelaku kriminal. Padahal, pada awalnya, tattoo itu dikenal sebagai nilai seni dan kecantikan atau symbol ritual, kepercayaan, ketimbang sebagai symbol kriminal.
Lalu kenapa tattoo identik dengan symbol kriminal? Awalnya, tattoo identik dengan symbol kriminal karena ketika zaman Romawi, para tahanan dirajahi (mentattoo) tubuh mereka agar mudah dikenali.

“Dulu memang tattoo selalu identik dengan hal-hal yang dianggap kriminal. Tapi kalau saya pribadi, kita harus menjalankan konsep dengan baik. Hal-hal seperti medical, fungsi, dan estetiknya juga harus diperhatikan. Selain itu saya rasa sekarang tidak sulit yah menjelaskan kepada masyarakat luas kalau tattoo bukan hal yang tabu lagi. Selama masih ada artis yang senang ditattoo, kenapa tidak jadikan mereka sebagai sarana untuk mempromosikan tattoo itu sendiri,” jelas kent, pemilik kent tattoo.

Sekarang, Tattoo atau seni rajah sudah dijadikan seni body painting karena ada nilai seni yang tidak terlihat dari coretan gambar yang terpampang di tubuh seseorang. Jika ada pendapat bahwa tattoo lebih dekat simbol kriminal, kita bisa melihat dari sisi lainnya. Tattoo merupakan salah satu cara dari jutaan cara untuk ungkapkan ekspresi dan menampilkan diri dimuka umum dengan jalan mencari perhatian atau kesenangan pribadi.

Bagi kent, tattoo itu adalah simbol yang berfungsi untuk filsafat, menutupi kelemahan tubuh seseorang (cacat sehabis opersai,misalnya), dan untuk fashion. “ Tattoo itu seni kok. Dengan tattoo kita bisa berkreasi melukiskan keindahan, tidak lagi di kanvas, kertas, tembok, atau kain. Melainkandi tubuh atau kulit manusia,” ungkapnya.

Kent mengakui bahwa tattoo justru dijadikan simbol untuk berfilsafat atau mengenang peristiwa tertentu, misalnya jika ada orang yang ingin ditattoo dengan bentuk hati, maka orang tersebut lebih memaknai tattoo tersebut sebagai wujud dari rasa cintanya kepada pasangannya.

Well, kalau ditelusuri, sebenarnya seni tattoo itu sudah eksis lebih dari 12.000 tahun SM. Bayangin tattoo itu sudah ada pada suku-suku Mesir Kuno, Inca, Maori dan Polynesian. Kata tattoo berasal dari tahitian kata tatau, yang berarti “untuk membuat tanda”. Tatau berarti menandai atau menusuk kulit. Tattauing atau tattooing adalah kata yang diperkenalkan ke Eropa oleh Captain James Cook setelah 1769 ekspedisi ke Pasifik Selatan.

Punk bukan kriminal

Selasa, 13 Desember 2011 merupakan hari buruk yang tidak akan pernah dilupakan bagi komunitas punk di Aceh, Indonesia bahkan mungkin dunia. Tindakan polisi syariah Aceh yang menghakimi 64 punker memicu reaksi keras baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Hari itu, 59 lelaki punker harus rela rambut mohawk kebanggaannya dicukur habis oleh para aparat polisi. Sementara 5 pemudi punker lainnya hanya bisa pasrah ketika rambut mereka harus dipotong pendek. Tak cukup sampai di situ, 64 punker itu digiring ke danau untuk membersihkan badan dan akhirnya berganti pakaian untuk melaksanakan sholat.
Wakil walikota Aceh, Illiza Sa’aduddin, menyatakan bahwa dirinya tidak keberatan untuk turun langsung "membersihkan" para punker tersebut demi keamanan dan kenyamanan kota Banda Aceh. “Keberadaan komunitas punk mengganggu ketenteraman masyarakat Banda Aceh. Ini adalah penyakit sosial tipe baru. Jika komunitas ini terus dibiarkan ada, pemerintah terpaksa mengeluarkan lebih banyak uang untuk menangani mereka,” ujar Illiza kepada Jakarta Globe seperti dikutip KapanLagi.com®.
Syariah Islam menjadi tameng utama bagi pemerintah Aceh untuk membersihkan Punk dari bumi Aceh. Para punker ini dianggap melanggar peraturan setempat, Aceh memang daerah yang memberlakukan aturan syariah Islam dalam menjalankan pemerintahan. “Moral mereka salah. Pria dan wanita berkumpul bersama, itu melawan Syariah Islam. Kemungkinan ada dua ratus anak punk di daerah ini. Kami akan terus melakukan razia sampai semuanya tertangkap, lalu kami akan membawanya ke penampungan untuk dididik ulang," ujar Illiza.
Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris dan akhirnya berkembang ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Punk mulai merambah ke kota-kota besar Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Denpasar, Malang dan lain-lain sejak awal tahun 90an. Menurut Didit, salah satu pentolan Skinhead di Malang, keberadaan punk di Aceh sudah terjadi sejak sekitar tahun 1998. Didit berulang kali berhubungan dengan para punker Aceh dengan cara surat menyurat.
"Sebenarnya komunitas punk keberadaannya sudah cukup lama di Aceh, karena dulu sekitar tahun 1998 saya sering menerima surat-surat dari punk Aceh dan acara punk pun sering digelar disana," ujar Didit yang juga pentolan grup No Man's Land.
Didit juga mengharapkan hukum yang adil dan tidak pandang bulu dapat berlaku di negeri ini. "Bila memang hukum harus ditegakkan, maka tegakkanlah dengan keadilan. Jangan tegas kalau berhadapan dengan si lemah namun lunak jika menangani yang kaya. Kalau memang punk harus ditangani seperti itu, tangani juga mereka yang sudah jelas-jelas pelaku kriminal, para pengemplang uang rakyat" papar Didit.
Masuknya punk di Aceh memang terbentur dengan peraturan setempat yang menerapkan syariah Islam. Sebenarnya hal ini pernah ditanggulangi oleh komunitas punk muslim di dunia, alkuturasi budaya lah yang diterapkan disini. Beberapa punk di belahan dunia sebenarnya mampu menerapkan perbedaan itu menjadi paduan yang unik. Jadi jangan kaget bila di suatu daerah terdapat komunitas punk muslim yang sedang melakukan pengajian bersama.
Kejadian yang menimpah punk aceh itu tidak hanya jadi topik pembicaraan punk di Indonesia. Beberapa media Internasional seperti New York Daily, The Telegraph, Washington Post, Daily Mail, Sydney Morning Herald, CBS News menganggap peristiwa tersebut merupakan pelanggaran HAM. Bahkan salah satu band punk asala Amerika Serikat yang sangat populer, Rancid, menyempatkan untuk berkicau melalui akun Twitter resmi mereka. "We hate what's going on with our punk brothers and sisters in Indonesia. Rancid's got your back!" tulis Rancid.
Penangangan aparat yang dirasa berlebihan ini dikhawatirkan malah berdampak negatif terhadap kelanjutan kasus ini di kemudian hari. "Punk bukanlah kriminal, kalau melihat tayangan-tayangan itu mereka layaknya para kriminal, yang patut diingat mereka adalah generasi bangsa juga seperti yang lain, salah penanganan dan penindakan akan hanya melahirkan dendam dan menghancurkan masa depan mereka yang berbanding lurus dengan masa depan bangsa ini," pungkas Didit.
Lalu, bagaimana pendapat Anda? Benarkah Punk adalah penyakit sosial tipe baru yang memang harus diberantas atau mereka hanya sekelompok anak muda yang meyakini Punk sebagai minat mereka, tanpa ada keinginan membuat resah publik? Suarakan pendapat Anda via kolom komentar! Kita peduli Punk seperti halnya kita peduli dengan segala bentuk ekspresi lainnya kan?

Punk Muslim, Di jalan tapi religius

Nongkrong, ngamen dan nyetreet menjadi bagian aktivitas anak punk di Ibu Kota. Tapi, sejak 2007 komunitas punk muslim yang berada di Pulogadung, Jakarta Timur, berbeda.

Berawal dari band punk yang didirikan mendiang Budi Khoironi, kini punk muslim berkembang menjadi komunitas yang beranggotakan sedikitnya 50 anak punk se-Jabodetabek dan menyebar ke kota-kota lain di Indonesia.

Setelah lima tahun berdiri, punk muslim sudah melahirkan dua album berisi 22 bernapaskan Islam, termasuk lagu yang lahir dari kesedihan melihat nasib bangsa Palestina.

Di markas berbagai keterampilan yang dimiliki dibagi pada anggota, salah satunya menyablon. Tak hanya itu saja konsep Islami dalam komunitas punk muslim ini tak hanya dipermukaan. Salat lima waktu tak boleh ditinggalkan. Pengajian Alquran diadakan dua kali seminggu.

Dua tahun terakhir mereka juga menggelar Pesantren Ramadan untuk mempertebal iman. Anak-anak ini juga dipercaya donatur untuk membantu menyalurkan santunan bagi janda dan anak yatim.

Salah satu anggota punk muslim yang telah kembali ke jalan Allah adalah Intan. Ia menjadi relawan di rumah yatim setelah sempat tiga3 tahun mencicipi kerasnya jalanan.

Meski lembar hitam kehidupan mereka tak bisa dihapus, mereka ingin menulis kisah baru yang lurus dan sepatutnya mendapat dukungan dan apresiasi semua pihak.(IAN)