Translate

Minggu, 21 Oktober 2012

Dialog Dengan Jin Muslim "Part I"

Dengan nama Yang Maha Allah Yang Maha Pengansih , Maha Penyayangan

MUKADIMAH

   Tunduk kepada khayalan dan mengingatkan diri semata-mata pada kecenderungan akal, plus ketidaktahuan terhadap sesuatu yang tidak kita ketahui, adalah jalan menuju kesesatan, yang kadang-kadang seluruhnya, atau salah satu di antaranya, menyatu dalam diri seseorang yang demikian ini, cukup sudah sebagai jaminan bagi terjadinya kekeliruan persepsi, rusaknya akidah, dan terjadinya dekadensi.

   Itu sebanya, maka diturunkanlah akidah Islam yang komprehensif, memenuhi tuntutan emosi dan rasio, mengajarkan kepada apa yang tidak mereka ketahui sebelumnya, dan mengeluarkan mereka dari kegelepan kebodohan, lalu menyinari jalan yang di laluinya. Karena itu, barang siapa mengikuti apa yang di ajarkannya, melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya, kemudian beriman kepada segala sesuatu yang disampaikan oleh Alquran, berarti dia telah memperoleh petunjuk, di lindungi dan dipenuhi segala kebetuhannya. Dan barangsiapa menyimpang darinya, berarti dia telah di sesatkan.


TENTANG PENULIS

   MUHAMMAD 'ISA DAWUD, lahir di bagian timur Isma'iliyah, tahun 1957. Dibesarkan dan menempuh pendidikan di Kairo. Meraih gelar Lc. Dibidang sastra dari fakultas bahasa dan studi timur, Cairo University. Bekerja si surat kabar An-Nadwah Saudi Arabia, sekaligus sebagai wakil pimpinan redaksi untuk rubrik pemikiran dan kebudayaan Islam. Dia pula menjabat sebagai penasehat bidang informasi khusus untuk Ketua Pusat Informasi di Makkah Al-Mukarramah.
'Isa Dawud adalah orang yang yakin betul bahwa sesuatu yang bersumber dari kalbu pasti akan sampai di kalbu pula. Sedangkan yang hanya berasal dari mulut pasti hanya masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan.

TAMU KITA DALAM TAMU INI

  Jin Muslim, berasal dari Bombai, India. Sebelumnya dia adalah jin kafir. Kemudian Allah memuliakan dengan Islam memuliakannya dengan Islam dan memberinya petunjuk kepada keimanan. Dia selalu menekan perbedaan besar antara Mukmi  dan Muslim. Setiap Mukmin, pasti Muslim. Tetapi tidak setiap Muslim pasti Mukmin.

DUNIA JIN :
YANG TAMPAK DAN YANG TERSEMBUNYI

  Jinn adalah nama jenis, bentuk tunggalnya adalah jiniy, yang artinya "yang tersembunyi", atau "yang cukup", atau "yang tak terlihat". Hal itulah yang memungkinkan kita untuk mengaitkannya dengan sifat yang umum "alam  tersembunyi", sekalipun akidah Islam memaksudkannya dengan makhluk-makhlik berakal, berkehendak, sadar dan punya kewajiban, berjasad halus, dan hidup bersama-sama kita di planet bumi ini.

Maksa Jin dalam Bahasa Arab
  Apabila para sarjana antropologi dan kebudayaan kuno menegaskan bahwa bahasa yang tercatat paling tua adalah bahasa sumeria, yang sejarahnya mengakar pada kira-kira 3500 tahun ebelum masehi. Kita berpendapat bahwa Bahasa Arab adalah bahasa induk bagi bahasa-bahasa umat manusia seluruhnya. Bahasa Arab adalah bahasa pertama, dan darinya muncullah bahasa-bahasa kuno lainnya.

  Dari segi bahasa, Al-jinn adalah lawan kata Al-Ins (manusia). Disebut-sebut bahwa jika di katakan, anastu asy-syai'a berarti "saya melihat sesuatu". Allah SWT berfirman, maka tatkala musa telah menyelesaikan waktu yang di tentukan, dan dia berangkat dengan keluarganya, lalu dilihatnya api lereng gunung. Dia berkata kepada keluarganya, "Tunggulah di sini, sesungguhnya aku melihat api(anastu naran)" (QS. Al-Qashash:29).
Kosa kata dalam bahasa arab yang terdiri dari huruf Jim dan Nun, dengan berbagai bentukannya, memiliki pengertian "Benda" atau "Makhluk" yang tersembunyi.

  Al-janin (janin) di sebut demikian karena ketersembunyiannya dalam perut ibunya, sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah yang berbunyi....dan ketika kamu masih tersembunyi (ajinnat) dalam perut ibumu (QS. An-Najm :32).
  Junnat Al-Layl, artinya ketersembunyian oleh kegelapan malam dan tertutup tabir hitamnya, seperti firman Allah yang berbunyi "ketika malam telah menjadi gelap (jannah), maka dia melihat sebuah bintang, (QS. Al-An_'am : 76).
  Junna ar-rajulu jununan, wa ajannahullahu, fahuwa majnun, artinya "jika seseorang kehilangan akalnya, dan tertutup-lah kesadarannya, maka dengan itu hilanlah kewajiban-kewajiban darinya akibat tidak adanya akal." Tentang pengertian yang seperti ini Allah berfirman,... atau, pada dirinya ada penyakit gila? (QS. Saba' : 8).

  Termasuk kategori ini adalah ucapan Nabi saw. yang berbunyi, "Puasa itu adalah junnah (perisai)," dan penjelasan 'Utsman ibn Abi Al-'Ash terhadap kata junnah yang berbunyi, "Puasa adalah junnah (perisai) seperti junnah kalian dalam peperangan." junnah dengan demikian adalah pelindung atau penutup.
Penulisan An-Nihayah mengatakan bahwa makna puasa sebagai junnah adalah karena ia melindungi pelakunya dari serangan syahwat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar