Nongkrong, ngamen dan nyetreet
menjadi bagian aktivitas anak punk di Ibu Kota. Tapi, sejak 2007
komunitas punk muslim yang berada di Pulogadung, Jakarta Timur, berbeda.
Berawal
dari band punk yang didirikan mendiang Budi Khoironi, kini punk muslim
berkembang menjadi komunitas yang beranggotakan sedikitnya 50 anak punk
se-Jabodetabek dan menyebar ke kota-kota lain di Indonesia.
Setelah
lima tahun berdiri, punk muslim sudah melahirkan dua album berisi 22
bernapaskan Islam, termasuk lagu yang lahir dari kesedihan melihat nasib
bangsa Palestina.
Di markas berbagai keterampilan yang dimiliki
dibagi pada anggota, salah satunya menyablon. Tak hanya itu saja konsep
Islami dalam komunitas punk muslim ini tak hanya dipermukaan. Salat lima
waktu tak boleh ditinggalkan. Pengajian Alquran diadakan dua kali
seminggu.
Dua tahun terakhir mereka juga menggelar Pesantren
Ramadan untuk mempertebal iman. Anak-anak ini juga dipercaya donatur
untuk membantu menyalurkan santunan bagi janda dan anak yatim.
Salah
satu anggota punk muslim yang telah kembali ke jalan Allah adalah
Intan. Ia menjadi relawan di rumah yatim setelah sempat tiga3 tahun
mencicipi kerasnya jalanan.
Meski lembar hitam kehidupan mereka
tak bisa dihapus, mereka ingin menulis kisah baru yang lurus dan
sepatutnya mendapat dukungan dan apresiasi semua pihak.(IAN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar