TEMPO.CO , Jakarta:- Budaya punk mulai tumbuh dan berkembang di Indonesia, terutama Bandung dan Jakarta, sekitar awal tahun 1990. Namun ketika itu punk masih relatif kecil dan baru sebatas mengenal musiknya lewat band punk legendaris, Sex Pistols dan The Clas.
Ideologi komunitas punk yang lahir di London, Inggris, sekitar tahun 1970 kemudian dikenal lewat fanzine, semacam majalah berisi tulisan tentang punk
di Inggris, Amerika, atau negara lain yang beredar dari tangan ke
tangan. Zine itu dibawa oleh para pelancong atau hasil surat-menyurat
penyuka musik punk di Tanah Air dengan orang di luar negeri. Lewat korespondesi itu penggemar punk di Indonesia mengenal semangat independen dan antikemapanan yang diusung punkers.
Selama ini orang mengenal punk
hanya sebatas penampilan mereka. Misalnya potongan rambut Mohawk ala
suku Indian yang dicat warna-warna terang, bot, rantai, tindik, jaket
kulit, kaus hitam, celana jins ketat balel. Padahal semangat independen
dan mandiri yang membuat komunitas ini berbeda. Konsep “do it yourself”
mereka berupaya berdiri sendiri dan melangkah dengan gayanya sendiri
seperti ditulis majalah Tempo edisi 13-19 Februari 2012.
Sejumlah literatur dan catatan sejarah menyebutkan, punk
berasal dari singkatan Public United Nothing Kingdom artinya sekumpulan
anti-peraturan kerajaan. Mereka itu sangat anti dengan peraturan
kerajaan. Mereka menilai peraturan itu hanya bisa memaksa tanpa
memikirkan penderitaan rakyat. Punk lahir sebagai gerakan perlawanan anak muda berlandaskan keyakinan mereka.
Semangat itulah yang kemudian melahirkan kegiatan-kegiatan di bidang
sosial, ekonomi, dan seni budaya di sejumlah kota di Indonesia, seperti
Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar