Translate

Kamis, 22 November 2012

tawuran = budaya primitif !

salah satu penyebab bangsa ini susah bangkit dari keterpurukan adalah betapa sulitnya mancari ruang2 dialog dalam menyelesaikan masalah yang menyangkut kepentingan bersama. tujuan yang awalnya adalah mencari solusi ato jalan keluar lewat dialog akhirnya tidak tercapai karena kebuntuan proses berpikir masyarakat yang enggan mendesain suatu gagasan2 yang bersifat berkeadilan. proses berpikir masyarakat indonesia pada umumnya adalah menerima apa yang telah menjadi warisan nenek moyang dan petunjuk agama ( lebih cenderung ke pengertian simbolik ). tampa adanya kemauan mengkaji dan menemukan formula yang baru agar di aplikasikannya secara lebih elegan untuk kepentingan saat ini.

pokoknya apa yang menjadi petuah leluhur dan para pemuka agama adalah sah dan mutlak ( lebih cenderung ke pengertian simbolik ). sebaliknya yang bersebarangan akan dianggap sesat dilarang dan harus dimusnahkan. meskipun pendapat yang bersebarangan itu mempunyai maksud yang mulia yaitu untuk keadilan bersama atas dasar kemanusiaan.bukankah metode larang dan musnahkan suatu kepercayaan sudah digunakan sejak jaman barbar hingga sekarang, yaitu untuk menjaga integritas suatu  kepercayaan di lingkup bangsa yang berbudaya.kenapa kita masih menggunakan metode non demokratis tersebut? yang realnya sangat banyak menimbulkan gejolak2 di tengah masyarakat, yang sarat akan kekerasan dan fanatisme berlebihan oleh suatu kelompok.tampa mau untuk berlapang dada dan terus mengkaji dengan menggunakan logika yang lebih relevan yaitu mencari solusi yang real sesuai dengan perhargaan terhadap kemanusiaan dengan cara dialog.
hal2 diatas turut memicu mandegnya proses berpikir dan  berintropeksi diri. tumpulnya karya para pemikir baru sehingga tidak ada acuan yang di ambil berdasarkan situasi yang berkembang saat ini. karena metode2 penyelesaian masalah sudah diambil ( dan bersifat mutlak ) dari gagasan warisan leluhur dan dari para pemikir agama yang notabene agama merupakan suatu gagasan atau produk2 tempo doeloe. bukan gw berpendapat bahwa warisan2 leluhur dan agama itu adalah salah dan tidak tepat.gw setuju  warisan leluhur dan agama  merupakan tolak ukur yang bukan saja bagus tapi mulia jika di jadikan acuan dalam memecahkan suatu permasalahan ( problem solving ) masa kini, tapi bukan harga mati dan ketetapan mutlak. karena jika suatu keputusan jika di tetapkan secara mutlak berdasarkan sudut pandang agama atau budaya tertentu di lingkup yang heterogen dan plural maka akan menimbulkan ketidakadilan dan cenderung pada pemaksaan. yang jangka panjangnya akan menimbulkan konflik terbuka yang tentu saja menimbulkan banyak korban manusia.
dari mandegnya proses berpikir masyarakat akhirnya timbul suatu wacana berpikir yang simpel dan cenderung diskriminatif ( pendangkalan opini ) sehingga sulit mencapai ruang dialog yang dialogis.sehingga jalan pintasnya adalah kekerasan, salah satunya adalah budaya tawuran yang sebenarnya adik dari budaya perang,anak dari budaya adu domba dan cucu dari budaya primitif.satu keluarga komplit!
sejarah telah mengajarkan bawah suatu faham ideologi, dan teologi ( agama ) yang cenderung di paksakan ke peradaban yang berbeda. paling banyak menimbulkan pertumpahan darah dan korban jiwa. jutaan nyawa telah melayang demi faham, ideologi dan teologi ( agama ). pemusnahan ras manusia dan kejahatan besar lainnya adalah proteksi integritas dan pemaksaan penyebaran demi menjaga kesucian suatu faham, ideologi, ato agama.
umumnya generasi muda hanyalah sebagai konsumtif dan pemakai hukum2 yang telah di buat oleh generasi pendahulu.tampa berusaha untuk mengkaji dan menelaah per item yang menjadi acuan. semua hukum di ciptakan untuk menegakan keadilan dan penegakan supremasi hukum itu sendiri. tapi tidak semua hukum itu mempunyai solusi nilai keadilan. karena pada dasarnya hukum yang dibuat oleh para pendahulu adalah hukum yang berdasarkan kondisi pada saat itu.  kita sebagai generasi muda seakan menjadi tentara2 temporary yang siap di pakai jika negara menyatakan perang ke negara lain demi menjaga integritas hukum bangsa ini, yang belum tentu bangsa lain bisa menerimanya. masih ingat waktu timor leste masih bergabung dengan indonesia sebagian dari masyarakat sana menggangap bangsa indonesia sebagai penjajah, dengan menyebut ”orang indonesia” dengan sebutan  javanese ( java penjajah komponis ) .
dialog! itu yang penting tampa harus meninggalkan asas kepentingan bersama. bersikap saling menghormati dengan asas saling menghargai perbedaan. gw yakin jaman terus berubah dan manusia akan terus mencari dan terus mencari solusi2 yang terbaik. sejarah merupakan refleksi penting untuk kita mau berintropeksi diri dan belajar dari sejarah,sejarah juga telah mengajarkan betapa pemaksaan suatu faham atao teologi yang bersifat pelanggaraan HAM, akan selalu memicu ketidakadilan dan pertumpahaan darah yang luar biasa, yaitu pemusnahan suatu ras manusia. bukankah itu yang terjadi sekarang yang di lakukan oleh para teroris dengan dogma kafirnya, dan oleh para kaum fundamentalis agama, yang seakan – akan menjadi tuhan di dunia ini.
kita tentu ingat sejarah perang salib, sebagai akibat dari dominasi agama ke dalam sendi2 kehidupan masyarakat. agama dijadikan acuan sehingga pemimpin2 gereja yang selalu membawa nama tuhan bisa bertindak seenaknya,ini merupakan salah satu kesalahan sejarah yang menjadi pelajaran yang sangat berharga. bahwa pemaksaan suatu ajaran agama ke sendi2 kehidupan berbangsa dan bernegara  merupakan suatu kemunduran dan bukan solusi yang selalu cerdas dalam memecahkan suatu problem yang kompleks dan heterogen.tidak ada kebenaran yang mutlak.tapi ada baiknya semua kebenaran2 itu kita kumpulkan dan kita modifikasi sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jaman, tampa harus meninggalakn nilai2 luhur yang telah di buat oleh generasi sebelumnya bahwa semua ini untuk kemanusiaan dan pengembangan kemanusiaan itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar